Pada jaman dahulu tidak jauh dari pelabuhan Lembar, terdapat sebuah
Kerajaan Taun yang diperintah oleh seorang Raja yang sangat bijaksana
bernama Datu Taun bersama permaisurinya yang sangat cantik Dewi Mas.
Di
bawah pemerintahan Raja Datu Tuan, kerajaan dalam keadaan aman, damai,
dan tenteram. Namun meskipun demikian Raja kelihatan sering bersedih,
hal ini dikarenakan beliau belum dikarunia seorang putera, sementara
Raja dan Permaisuri sudah semakin bertambah tua.
Pada suatu hari
Raja dan permaisuri duduk bercakap-cakap membicarakan masalah keluarga.
Baginda mengemukakan bagaimana susahnya kelak karena tidak memiliki
anak. Bersabdalah Datu Tuan "Adinda kanda ingin menyampaikan permintaan,
ijinkanlah kakanda mengambil istri seorang lagi. Mudah-mudahan dengan
demikian kita akan dikaruniai anak yang akan menggantikan pemerintahan
kelak"
Setelah Sang Permaisuri menyetujui, maka Baginda Datu Tuan
segera meminang seorang gadis cantik yang bernama Sunggar Tutul, puteri
dari Patih Aur.
Semenjak itu perhatian Raja terhadap Dewi Mas
berkurang, beliau lebih sering tinggal di istana isteri yang baru. Raja
yang terkenal adil ini telah bertindak tidak adil terhadap
permaisurinya. Meskipun demikian Dewi Mas tetap selalu sabar, dan karena
kemurahan Yang Maha Kuasa maka Dewi Mas mengandung.
Berita
tentang Dewi Mas mengandung ini tentu saja mengejutkan Sunggar tutul, ia
takut Raja akan berpaling dari dirinya dan kembali ke Permaisuru Dewi
Mas. Untuk itu dengan cara yang licik Sunggar Tutul menghasut Raja,
bahwa kehamilan Dewi Mas diakibatkan oleh perbuatan serong dengan
seorang yang bernama Lok Deos.
Murkalah Baginda Datu Tuan, maka
Dewi Mas pun di usir dari istana dan dibuang ke sebuah gili. Dengan
ditemani para pengiringnya Dewi Mas tinggal di gili, mereka membangun
suatu pemukiman. Dewi Mas tetap tegar dalam menempuh kehidupan menuju
hari depan.
Pada suatu ketika lewatlah sebuah kapal mendakati
gili tersebut, seperti ada suatu kekuatan gaib sang Nakhoda kapal
tersebut mengarahkan kapalnya ke gili, dan dari kejauhan dia melihat
seorang wanita cantik yang bersinar. Nakhoda dan para awak kapalpun
berlabuh dan mampir ke pondok Dewi Mas.
Setelah dijamu para
penumpang kapal tersebut menanyakan kenapa Dewi Mas bisa tinggal di
tempat tersebut, karena selama ini gili tersebut tidak berpenghuni. Dewi
Mas pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya. Dewi Mas meminta
Nakhoda dan awak kapal tersebut untuk mengantarkannya ke pulau Bali.
Akhirnya Dewi Mas beserta para pengiringnya tinggal di Bali dan
membangun pemukiman baru. Hari kelahiranpun tiba, Dewi Mas melahirkan
dua anak kembar yang masing-masing disertai dengan keajaiban. Seorang
bayi laki-laki lahir beserta sebilah keris, dan seorang lagi bayi
perempuan lahir beserta anak panah. Bayi laki-laki ini diberi nama Raden
Nuna Putra Janjak sedangkan bayi perempuan dinamakan Dewi Rinjani.
Kedua
bayi tersebut tumbuh besar menjadi anak-anak yang lucu dan menarik.
Namun pada suatu hari kedua anak tersebut menanyakan siapakah ayah
mereka, karena selama ini mereka sering diejek teman-temannya karena
tidak punya ayah.
Karena desakan kedua anaknya yang terus
menerus, maka Dewi Mas pun menceritakan semua kisah yang dialaminya.
Diceritakannya bahwa ayah mereka adalah seorang Raja di Lombok yang
bernama Datu Taun, dirinya dibuang kesebuah gili karena difitnah oleh
madunya Sunggar Tutul.
Raden Nuna Putra Janjak menjadi sangat
marah dia memohon kepada ibunya agar diijinkan untuk menemui ayahnya ke
Lombok. Karena terus didesak akhirnya Dewi Mas pun mengijinkan puteranya
bersama para pengiring berlayar ke Lombok.
Sesampai di Lombok
Raden Nuna Putra Janjak segera masuk ke istana namun di hadang oleh para
penjaga. Pertarunganpun tak terelakkan, Raden Nuna Putra Janjak
meskipun masih kecil namun dengan keris ditangan yang muncul bersamaan
ketika ia lahir, sangatlah sakti dan tak tertandingi.
Banyak
lawan yang tak berdaya hingga Baginda Datu Taun harus turun bertanding.
Pertarungan yang serupun terjadilah, mereka saling menghujamkan
kerisnya. Mereka berdua sama kuat, keris masing-masing tidak dapat
saling melukai. Tiba-tiba terdengarlah suara gaib dari angkasa " Hai
Danu taun, jangan kau aniaya anak itu. Anak itu adalah anak kandungmu
sendiri dari istrimu Dewi Mas".
Setelah mendengar suara itu , ia
amat menyesal maka dipeluknya Raden Nuna Putra Janjak. Setelah mendengar
cerita dari Raden Nuna Putra Janjak , maka Baginda Datu Tuan segera
menjemput permaisuri ke Bali. Seluruh istana dan penduduk Taun bersuka
cita, Dewi Mas tidak menaruh dendam sama sekali kepada Sunggar Tutul,
mereka semua hidup damai dan tenteram.
Raden Nuna Putra Janjak
tumbuh dewasa menjadi seorang pemuda yang sangat tampan dan bijaksana.
Baginda Datu Taun sudah semakin tua dan akhirnya menyerahkan tahta
kerajaan kepada puteranya.
Sesudah puteranya naik tahta Baginda
Datu Taun kemudian menyepi di gunung diiringi putrinya Dewi Rinjani. Di
puncak gunung itulah baginda dan puterinya bertapa bersemedi memuja Yang
Maha Kuasa.
Di puncak gunung ini Dewi Rinjani diangkat oleh para
Jin dan mahluk halus menjadi Ratu. Dan sejak saat itulah gunung yang
tinggi di pulau Lombok tersebut dinamakan Gunung Rinjani.